rahiem Vice Admin
Jumlah posting : 6 Age : 40 Lokasi : Bandung Registration date : 16.05.08
| Subyek: Dilema Mahasiswa Tue May 27, 2008 11:09 pm | |
| Mahasiswa adalah sosok yang diharapkan bisa membawa perubahan negeri ini. Benarkah? Sebuah harapan yang bisa jadi akan hanya menjadi angan-angan kosong jika dalam diri mahasiswa sendiri tidak ada kesadaran akan tanggung jawab ini. Sebenarnya harapan pada diri mahasiswa itu sendiri bukanlah sesuatu yang tanpa alasan. Alasan yang pertama adalah potensi yang dimiliki mahasiswa untuk merealisasikan impian masyarakat tersebut sangat besar. Darisuk golongan masyarakat yang mempunyai taraf berpikir, yang boleh dikatakan, di atas rata-rata. Dari segi usia, mahasiswa dengan darah mudanya masih mempunyai energi lebih untuk dicurahkan demi kepentingan masyarakat. Dari segi idealisme, mahasiswa juga merupakan sosok manusia yang sarat akan idealisme dan akan memperjuangkan apa yang diyakininya. Dan segi struktur sosial kemasyarakatan, mahasiswa dan kampus merupakan satu kesatuan sistem yang mempunyai peranan penting dalam perubahan sosial dan kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat. Dari segi potensi intelektual, mahasiswa termaalasan kedua yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa pendidikan yang dinikmati mahasiswa masih mengambil subsidi yang pada dasarnya adalah dari masyarakat bukan dari negara! Maka wajar jika di kemudian hari nanti masyarakat akan menagih balasan dari mahasiswa! Sebagai agen perubahan (agent of change), mahasiswa dituntut untuk peka dan tanggap terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Berbagai macam problematika yang menimpa mayarakat seharusnya menjadi perhatian kita bersama. Sehingga kita tidak bersikap apatis, apolitis serta terbelenggu dengan pemenuhan kesenangan individual saja. Ketika kita melihat realitas mahasiswa di kampus kita ini, kemudian kita patut bertanya, layakkah kita memikul tanggung jawab ini? Atau mampukah kita merealisasikan harapan masyarakat tersebut? Sesungguhnya suatu pergeseran nilai dan fungsi telah terjadi di kampus ini. Kampus sebagai basis pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas telah dialihfungsikan. Mahasiswa sebagai agen perubahan seakan lupa dengan kewajibannya. Realitas menunjukkan hal ini! Ruang dan sarana kampus yang seharusnya diisi dengan kajian ilmiah telah berubah menjadi gedung bioskop! Mahasiswa lebih suka menonton layar tancap di kampus dari pada mengikuti perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat! Ironis memang. Kampus yang seharusnya diisi dengan kegiatan yang sarat dengan nilai intektual, kini lebih dimarakkan dengan kegiatan yang sarat dengan hura-hura, semisal konser musik! Berbagai fenomena yang muncul di atas sering kali dibalut dengan alasan kebebasan berekspresi dan berkreasi. Sesungguhnya tidak ada yang namanya kebebasan berekspresi! Tidak ada manusia yang bebas dan tidak terikat dengan apapun, karena kita hidup dengan orang lain, dalam sebuah komunitas yang disana dibutuhkan aturan. Jika aturan tidak ada, maka yang terjadi adalah kekacauan dengan saling mengatasnamakan kebebasan. Sebagai manusia, tentunya yang paling layak diikuti adalah aturan Sang Pencipta alam semesta. Jika tidak mau tunduk dengan aturan Allah, maka carilah tuhan selain Allah! Jika tidak mau tunduk dengan aturan Allah, maka carilah kolong langit selain ciptaan Allah dan hiduplah di sana! Tentunya hal ini hanya akan mengantarkan pada kekufuran dan azab Allah! Aturan Allah yang berupa perintah dan larangan yang terkait dengan perbuatan manusia disebut dengan hukum syara’. Setiap aktivitas manusia haruslah senantiasa terikat dengan hukum syara’. Dengan demikian, berekspresi dan berkreativitas ada aturannya. Dan jika kita cermati, sebenarnya, fenomena yang terjadi diatas bukanlah dalam rangka mengembangkan kreativitas. Tapi lebih cenderung bersifat hura-hura. Adakalanya memang kita butuh hiburan, akan tetapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana pemenuhan akan hal ini tidak kontraproduktif dengan peran dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa yang juga seorang muslim yang wajib taat kepada Rabb nya. Karena masih banyak kreativitas lain yang lebih bermanfaat dan dapat dikembangkan. Sudah saatnya kita kembalikan kampus kita ini sesuai dengan fungsinya. Islam memandang pendidikan sebagai upaya sadar, terstruktur serta sistematis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Pendidikan harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem hidup Islam. Sebagai bagian integral dari sistem kehidupan Islam, sistem pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan serta memberikan keluaran bagi supra sistem tersebut.Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memang adalah sistem pendidikan yang sekuler-materialistik. Bila disebut bahwa sistem pendidikan nasional masih mewarisi sistem pendidikan kolonial, maka watak sekuler-materialistik inilah yang paling utama, yang tampak jelas dengan hilangnya nilai-nilai transedental pada semua proses pendidikan. Dari sini pendidikan kita hanya menghasilkan generasi materialistik individualistik yang lebih mengutamakan kesenangan individu semata. Maka wajar fenomena pergeseran nilai dan fungsi kampus itu terjadi. Realitas ini seharusnya membuka mata dan kesadaran kita. Mau jadi apa negeri ini jika generasi mudanya justru disibukkan dengan hal-hal yang melalaikan dari tanggung jawab utamanya. Sudah saatnya kita menghempaskan jauh-jauh belenggu egoisme individu kita sembari kita kembali merajutkan sebuah perjuangan hakiki untuk mengembalikan kembali kemuliaan umat ini. Wallahu'alam Bishshowab. [ktm/bkim](Taken from the cyber world)
| |
|